kala itu di pagi hari

Selamat pagi,
Pagi ini entah mengapa gejolak asa yang ada kian menjadikan diri ini Nampak seperti bukan apa – apa, lanjut dengan semua keresahannya rindupun tak berkembang sebagaimana mestinya. Hal yang bukan seharusnya ada seperti diksi –diksi yang salah kaprah. Kuali demi kuali dibuat agar rasa yang berkobar dapat ditampung olehnya, selayaknya perkembangan jaman yang semakin lama semakin enggan untuk menampakan kebaikannya. Resah, gundah serta tak berkembang adalah deskripsi untuk memperlihatkan betapa ababilnya hidup. Nampak pasif namun bagaimana lagi itulah hal yang terjadi sekarang. Selamanya akan menjadi sebuah pilihan ketika kita sering memperlihatkannya.
Wahai pujaan dunia,
Aku disini ingin memperlihatkan betapa sulitnya hidup yang aku jalani, hidup yang terlihat mudah namun panjangnya bagai sumbu lilin yang dibakar api menyala. Tumbuh dan berkembang memang suatu kewajiban yang tidak dapat dipungkiri. Selayaknya khalayak kita harus mengerti artinya hidup, bukan serta merta untuk menunaikan sebuah kewajiban namun untuk memperlihatkan berapapun harganya kita harus membayar. Itu bukan nasib tapi sebuah pilihan yang menjadi sebuah keharusan…hahaha tertawalah selayaknya seseorang yang sedang memperlihatkan sebuah komedi, itu akan lebih memudahkan kita untuk menjalani hidup, penyampaian pesan yang dipedebatkan oleh para “pemuka” itu anggap saja sebagai angin lalu, ini nasibmu bukan nasib mereka yang harus ditentukan oleh mereka. Akal diberikan agar tidak mengakali sesama manusia yang Nampak pintar namun nyatanya tidak begitu. Beberapa hal yang membuat gusar kini jelas – jelas semakin gusar, bukan untuk memberikan perhatian yang lebih namun hanya ingin memberikan segala yang bukan milikku. Terkadang aku tidak percaya bahwa dunia sekarang semakin kejam, semakin mencoba menikam dari balik – balik angan dan bayang yang tak pernah aku percayai lagi. Dunia semakin jelas terlihat bahwa kehidupan hanya sebatas ya atau tidak serta penyesalan bertubi – tubi hanya menjadi sebuah angan yang berbelit belit. Kelahiran demi kelahiran memunculkan kematian demi kematian yang kasat mata,

Comments

Popular posts from this blog

apa kabarmu dengan semua egomu...

MERINDU

UNTUK DIBACA BERDUA